Menulis Untuk Bertumbuh

Imas Tuti
4 min readNov 17, 2020

Pada tanggal 13 November 2020, tepatnya hari jumat yang lalu. Saya diberikan kesempatan oleh Murrobiyah saya untuk menyampaikan materi dengan tema Jurnalistik di grup whatsapp KOL (Kajian OnLine) Akhwat. Awalnya saya bingung hendak menyampaikan materi apa dan ditambah diri saya bisa dikatakan sedang mengalami writer’s block atau istilah yang menggambarkan suatu kondisi ketika penulis tidak dapat menuliskan apa pun. Penyebab yang saya rasakan kenapa saya katakan writer’s block, yaitu ada tiga; (1) karena saya masih menulis hal-hal yang saya sukai atau yang saya pahami; (2) karena kegelisahan saya akhir-akhir ini sulit untuk fokus; (3) karena tulisan sebelumnya saya pernah dikritik dan hal tersebut bisa saja membuat saya down.

Dan ketika itu saya tidak sengaja scroll instagram melalui laptop, dan melihat tulisan mentor saya dahulu di 30DWC (30 Days Writing Challenge), Rezky Firmansyah. Dia menulis di instagram-nya sama seperti yang saya cantumkan pada judul diatas. Secara tidak langsung tulisan Kak Rezky tersebut saya jadikan referensi untuk materi yang akan saya sampaikan nantinya dan tidak lupa menyertakan sumber aslinya. Serta secara tidak langsung saya mengkritik diri sendiri ketika mempersiapkan materi sebelum hari ha.

Hari jumat pun tiba, pertama kali saya sampaikan adalah “Menulis untuk Bertumbuh” ini penting untuk diketahui oleh siapapun, minimal yang terbesit dalam hatinya ingin menulis, sedang mengusahakan menulis, sedang konsisten menulis baik setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu bahkan setiap hari. Atau juga bagi yang sudah pernah membuat atau menulis buku antologi atau pun buku solo.

Photo by Andrew Neel on Unsplash

Satu yang paling mengena dihati saya adalah kata, “WHY”. Setiap orang hendaknya memiliki WHY dari dirinya untuk menulis. Karena jika punya WHY dalam menulis, itu adalah alasan yang membuat kita terus bergerak. Misalnya, ingin berbagi pikiran, menebar manfaat dan menjadi amal jariah, dan seterusnya. Dari sekian banyak WHY yang kita miliki, WHY mana yang benar-benar menggerakkan kita? Jika saya ditanya tentang hal ini, jawaban saya pertama adalah ingin berbagi pikiran, kedua; ingin terus berlatih menulis dan ketiga; ingin menjadikan menulis sebagai kebutuhan.

Untuk alasan yang pertama, saya rasa ini bisa dilakukan ketika mendapatkan ide atau inspirasi menulis tanpa batas dan tulisan saya termasuk tulisan yang mengalir langsung dari pikiran atau hati saya, cukup jarang menggunakan outline. Untuk alasan yang kedua dan ketiga ini saling berhubungan, saya ingin belajar menumbuhkan semangat menulis setiap hari meskipun sesungguhnya akhir-akhir ini menjadi cukup sulit dikarenakan beberapa hal yang menganggu fokus dan konsentrasi saya.

Tetapi inti sebenarnya dari tulisan kak Rezky di instagram tersebut adalah tentang naik level. Kalian tahukan maksud saya? Menulis itu ada tingkatannya, seperti halnya naik kelas, setiap naik kelas tentu ada ujiannya bukan? Nah, dari hal tersebut saya menyadari bahwa saya merasa masih berada di level 1, yaitu masih membentuk kebiasaan menulis dan ujiannya adalah membagi waktu, tenaga dan fokus.

Saya cukup bangga kepada teman-teman saya yang sudah bisa menulis buku pribadi. Tentu dalam diri saya ada perasaan iri, namun tujuan pertama saya sebenarnya kan bukan hal itu. Tetapi membentuk kebiasaan menulis, ditambah dengan menggerakkan teman-teman untuk menulis entah sebagai amanah proker ataupun niat dalam diri. Untuk menulis buku pribadi pun, saya rasa itu akan saya laksanakan juga tahun 2021, semoga bisa terwujud.

Selanjutnya jika saya sebutkan tips bertumbuh dari kak Rezky, dia mengatakan bahwa tips tersebut ada tiga, yaitu yang pertama; kenali diri ada di titik mana. Salah satu yang membuat orang bingung bertumbuh adalah tidak tahu sekarang sedang ada di titik mana. Maka jeda sebentar untuk mengetahui kita ada dimana. Cara yang paling mudah mengenalinya adalah melihat kualitas dan kuantitas tulisan yang dihasilkan.

Kualitas dan kuantitas tulisan terkadang tidak berbanding lurus, karena ada orang yang sekali menulis bisa langsung ‘wah’ atau enak dibaca, dan ada orang yang memang meniatkan diri untuk menulis setiap bulan, setiap minggu atau bahkan setiap hari. Yang pada intinya jika kita terus berlatih (meningkatkan kuantitas), maka kualitas tulisan kita akan baik. Sebenarnya juga tiada paksaan untuk menulis, tetapi itu semua tergantung kepada diri kita sendiri yang lebih besarnya, lebih tepatnya adalah tentang kesadaran jika memang ingin menjadi penulis.

Yang kedua yaitu peka dengan alarm. Jika diri kita merasa gelisah, ada jiwa yang meronta dalam diri, maka saatnya kita bertumbuh. Contohnya, dulu kita sering menulis dan saat kita sudah lama tidak menulis selama hampir sebulan kita merasa gelisah dan ada suara hati mengatakan, “ayo menulis, ayo menulis”. Dan untuk menggerakkan diri sendiri untuk menulis, saya rasa juga tidak mudah jika tidak dicoba dan diniatkan dengan kuat.

Dan yang ketiga adalah standar pertumbuhan. Kita tidak mungkin bisa menjadi penulis segala bidang, saya menyetujui hal tersebut karena setiap orang memiliki kesukaan dan kebutuhan membaca yang berbeda-beda. Terkadang jika kita sedang semangat-semangatnya ingin menulis, beragam rencana atau keinginan menulis ingin dilakukan, misalnya ia lebih suka nonfiksi, kemudian mencoba menulis fiksi, iya pada dasarnya mungkin ia bisa, tetapi ternyata tidak semudah itu, ada tahapan-tahapan tersendiri yang harus dipelajari dan dijalankan. Jadi menurut saya karir setiap genre tulisan itu berbeda.

Semoga dengan ini bisa membantu teman-teman atau siapapun yang ingin menulis, dan berusaha menjadikan menulis sebagai kebutuhan. apalagi bertumbuh bersama dengan menulis. Jujur saja, menulis sendirian akan terasa berat, ketika ingin menggerakkan orang-orang untuk menulis. So, mari menulis bersama ya.

--

--